Senin, 15 Desember 2025

Breaking News

  • Aksi Heroik Pria Muslim di Pantai Bondi Tuai Pujian Dunia   ●   
  • Perpanjang SIM Bisa Online, Berikut Estimasi Biaya SIM A dan C   ●   
  • Keutamaan Puasa Senin–Kamis yang Dicontohkan Rasulullah SAW   ●   
  • Chef PT SMART Tbk Ujuk Gigi Dalam Grand Opening TBK DCC   ●   
  • Telkomsel Pulihkan Layanan dan Beri Keringanan Tagihan bagi Pelanggan Terdampak Bencana di Sumatera   ●   
Panglima TNI: Suka Tidak Suka, Kita Harus Akui Medsos Telah Dimanfaatkan sebagai Alat Propaganda
Sabtu 21 November 2020, 13:47 WIB

Situsnews - Jakarta

Sabtu, 21 November, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, media sosial memiliki peranan penting dalam menciptakan propaganda sebuah bangsa.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus akui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda," kata Hadi dalam Webinar bertajuk "Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya" Sabtu (21/11/2020).

"Dengan penggunaan dan jangkauan yang luas, medsos bisa digunakan efektif untuk perang informasi dan perang ideologi," tambahnya.

Dalam pemaparannya, ia mengatakan, beberapa fitur di medsos seperti hastag atau tagar dan trending topic mampu membuat informasi lebih cepat diterima masyarakat.

Namun, ia mengkhawatirkan jika informasi yang disebar dengan cepat itu merupakan isu sensitif. Menurutnya, hal tersebut bisa menimbulkan provokasi di masyarakat.

"Bahasa yang digunakan biasanya bahasa provokatif, semua ditujukan untuk membangkitkan emosi masyarakat," terang dia.

Hadi melanjutkan, isu sensitif yang diangkat dengan bahasa provokatif tersebut mampu membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak hingga dibenturkan satu sama lainnya.

Menurutnya, jika hal ini terus terjadi maka masyarakat akan terpolarisasi. Meski demikian, ia mengakui ada elemen masyarakat yang tidak mudah termakan informasi propaganda.
Di sisi lain, ia juga mengatakan, ada banyak masyarakat yang terhasut dan akan mereplikasi pesan, bahkan ikut membuat pesan propaganda semakin besar.

Jika hal ini terus dilakukan, kata dia, mampu menimbulkan politik identitas yang sempat digunakan penjajah kepada bangsa.

"Politik identitas kembali marak digunakan, sejak beberapa tahun belakangan karena dinilai mudah menggerus masyarakat dan mudah meraih dukungan," ungkapnya.

Selain itu, ia juga menilai bahwa aksi propaganda lewat media sosial bahkan lebih efektif daripada perlawanan bersenjata yang dilakukan terhadap pemerintah.

"Contoh berita bohong sudutkan pemerintah, sasaran utamanya adalah masyarakat awam dan generasi muda," pungkas Hadi.

(Kompas.com/As)




Editor :
Kategori :
Untuk saran dan pemberian informasi kepada situsnews.com, silakan kontak ke email: redaksi situsnews.com
Berita Pilihan
Jumat 12 Desember 2025
Besok, Masjid Raya An-Nur Riau Gelar Tabligh Akbar dan Penggalangan Dana untuk Korban Bencana Sumatera

Rabu 10 Desember 2025
Masyarakat Bingung Tanggal Cuti Natal? Ini Penjelasan Resminya

Senin 08 Desember 2025
Beda Warna Beda Khasiat: Ini Nutrisi Anggur Hijau, Merah, dan Hitam

Kamis 04 Desember 2025
Satu Amalan Kecil yang Mengantarkan Seseorang ke Surga

Senin 01 Desember 2025
Ribuan Mengungsi, Ratusan Tewas dalam Banjir dan Longsor di Sumatera

Sabtu 29 November 2025
FPK Riau Gelar Seminar Pembauran Kebangsaan Berperspektif Budaya Melayu

Kamis 27 November 2025
Material Longsor Tutupi Jalan dan Permukiman di Jembatan Kembar

Rabu 19 November 2025
Hindari Antrian Pembayaran PKB: Publik Dihimbau Manfaatkan Varian Layanan Samsat

Kamis 13 November 2025
Indonesia Tegaskan Larangan Ekspor Sarang Burung Walet Kotor

Rabu 12 November 2025
Utang Pinjol Warga RI Tembus Rp 90,99 T, Gaji Habis buat Bayar Cicilan

Copyrights © 2025 All Rights Reserved by Situsnews.com
Scroll to top